SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN - BELAJAR ILMU TAFSIR DAN ULUMUL QURAN

BELAJAR ILMU TAFSIR DAN ULUMUL QURAN

BELAJAR ILMU TAFSIR DAN ULUMUL QURAN

Tuesday, December 27, 2016

SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN

SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN 

Sejarah Perkembangan Ulumul Quran - Image by http://webmuslimah.com/

SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN 

Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ulumul Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaanya dan segi pemahamanya.

Al Qur’an menegaskan bahwa penerima wahyu al Qur’an adalah Nabi Muhammad SAW.  Lebih dari itu, Muhammad-lah yang diberi otoritas oleh Allah SWT untuk menerangakan (menafsirkan al Qur’an).  Karenanya mudah dimengerti jika  orang yang mendapat gelar al-muffasir al-awwal (mufasir al Qur’an yang pertama) adalah Nabi Muhammad SAW.

Setiap kali nabi menerima dan menyampaikan ayat-ayat al Qur’an kepada para sahabat,  selama itu pula beliau menerangkan isi kandungannnya.  Terutama ketika timbul pertanyaan-pertanyaan dari anggota sahabat yang mempelajarinya.  Dan Nabi pun dengan penuh tanggung jawab selalu menerangkan isi kandungan ayat-ayat al Qur’an, seiring dengan proses penurunannya yang berjalan sedikit demi sedikit.

Di masa Rasul SAW dan para sahabat, ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul, dan bila menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW.

Di zaman Khulafa’u Rasyiddin sampai dinasti umayyah wilayah islam bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara orang Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sahabat akan tercemarnya keistimewaan bahasa arab, bahkan dikhawatirkan tentang baca’an Al-Qur’an yang menjadi sebuah standar bacaan mereka. Untuk mencegah kekhawatiran itu, disalinlah dari tulisan-tulisan aslinya sebuah al-qur’an yang disebut mushaf imam. Dan dari salinan inilah suatu dasar ulumul Qur’an yang disebut Al rasm Al-Utsmani.

Kemudian, Ulumul Qur’an memasuki masa pembukuanya pada abad ke-2 H. Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai umm al ulum alQur’aniyyah. Para penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah ibn al-Hajjaj (160 H), Sufyan Ibn Uyaynah (198 H), dan Wali Ibn al-Jarrah (197 H). dan pada abad ke-3 muncul tokoh tafsir yang merupakan mufassir pertama yang membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagianya. Beliau adalah Ibn jarir atThabari (310 H).

Ulumul qur’an sebagai suatu ilmu agama islam yang membahas al qur’an secara integral dan komprehensif telah dirintis sejak sebelas abad  yang lalu oleh Ibnu al-Marzubah (wafat 309 H)  di dalam buku al-hawi fi ulum al-Qur’an.  Kemudian ilmu ini dikembangkan, diperluas dan disempurnakan oleh para ulama sesudahnya, sampai datanglah imam al-Suyuti (wafat 911H) yang berhasil menyusun karangan ilmiah tentang ulumul Qur’an secara lengkap dan sistematis di dalam bukunya al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an.  Disamping itu tidak sedikit di kalangan orientalis terutama pada abad 19 Masehi/ 12 H yang telah mengadakan penelitian yang membahas tentang al-Qur’an dari berbagai segi,anatar lain Wiliiam muir, G. Weil, Noldeke, R. Bell, A Rodwell, dll.

Selanjutnya sampai abad ke-13 ulumul Qur’an terus berkembang pesat dengan lahirnya tokoh-tokoh yang selalu melahirkan buah karyanya untuk terus melengkapi pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan ilmu tersebut. Diantara sekian banyak tokoh-tokoh tersebut, Jalaluddin al-bulqini (824 H) pengarang kitab Mawaqi’ Al-ulum min Mawaqi’ al-Nujum dipandang Assuyuthi sebagai ulama yang mempelopori penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab, dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an. Jalaluddin al-Syuyuthi (991 H) menulis kitab Al-Tahhir fi Ulum al-Tafsir. Penulisan kitab ini selesai pada tahun 873 H. kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Karena itu, menurut sebagian ulama, kitab ini dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an paling lengkap.namun, Al-Syuyuthi belum merasa puas dengan karya monumental ini sehingga ia menyusun lagi kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Didalamnya dibahas 80 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut Al-Zarqani, kitab ini merupakan pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Sampai saat ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama, para ulama masih memperhatikan akan ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli Qur’an masih banyak hingga saat ini di seluruh dunia.

Cabang-cabang ilmu pengetahuan untuk mempelajari al Qur’an kian hari semakin beraneka ragam.  Setiap kali al Qur’an itu dibahas dari aspeknya yang manapun,  selama itu pula akan lahir ilmu al Qur’an.  Atas dasar kenyataan ini maka tidak mengherankan manakala kita merasakan bahwa Ulumul Qur’an itu selalu up to date.

Semenjak banyak ulama-ulama yang membukukan baik Tafsir Al-Qur’an ataupun juga ilmu pedukung lainya mulai dari abad pertama hijrah sampai abad kesepuluh pembukuan masih berlanjut.Apalagi pada abad ke –VIII H, Ululumul Alquran perkembanganya sangat pesat dengan lahirnya tokoh-tokoh yang selalu melahirkan buah karyanya untuk terus melengkapi pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan ilmu tersebut. Sebab, pada abad ini muncul pengarang-pengarang Ulumul Alquran yang besar seperti:

a) Imam Ahmad Ibnu Zubair 708 H yang mengarang kitab Al-burhan Fitartibi Suwaril Qur’an.
b) Imam Najamuddin Ath-Thufi 716 H yang menulis kitab tentang Ilmu Jidaalil Quran.
c) Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah 751 H, yang menulis kitab At-Tibyan Fi Aqsamil Qur’an.
d) Badrudin Az-Zarkasyi (791 H) yang mengarang kitab  Al-Tibyan ‘Ulumul Qur’an, terdiri dari 4 jilid yang besar-besaryang mengupas 160 cabang Ulumul Qur’an.
e) Abul hasan Al-Mawardi, yang menyusun kitab ‘Ilmu Amtsalil Qur’an.
f)  Jalaluddin al-bulqini (824 H) pengarang kitab Mawaqi’ Al-ulum min Mawaqi’ al-Nujum dipandang Assuyuthi sebagai ulama yang mempelopori penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab, dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an.

Kecermerlangan Ulumul Qur’an tersebut pada abad ke-X H ditangan pakarnya ulumul Qur’an itu, yaitu Imam Jalaludin Abdur Rahman As-Syuthi (911 H) yang sempat mengarang 3 buah kitab:

v  Tanasuqud Durar Fi Tanaasubis Suwari
v  At-tahbir Fi Ulumil tafsiri, yang didalamnya terdiri dari 102 cabang Ulumul Qur’an.
v  Al-Itqon Fi Ulumil Qur’an yang terdiri dari dua juz, tetapi dibukukan menjadi satu jilid, didalmnya dikupas 80 cabang ulumul Qur’an secara global, kalau dirinci katanya, bisa menjadi 300 macam cabang Ulumul Qur’an.

Jalaluddin al-Syuyuthi menulis kitab Al-Tahhir fi Ulum al-Tafsir. Penulisan kitab ini selesai pada tahun 873 H. kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Karena itu, menurut sebagian ulama, kitab ini dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an paling lengkap.namun, Al-Syuyuthi belum merasa puas dengan karya monumental ini sehingga ia menyusun lagi kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Didalamnya dibahas 80 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut Al-Zarqani, kitab ini merupakan pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Sampai saat ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama, para ulama masih memperhatikan akan ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli Qur’an masih banyak hingga saat ini di seluruh dunia.

Kitab-kitab Al-Burhan karya Azarkasi dan Al-Itqon karya As-Syuthi selalu menjadi referensi para pakar Ulumul Qur’an dalam menulis dan mengajar, mempelajari ilmu Ulumul Qur’an dari dahulu hingga sekarang. Imam As-Syuthi wafat pada tahun 911 H. Beliau wafat pada abad ke-X  H. Akibatnya, pudarlah gerakan penulisan ulumul Qur’an dan terhentilah kegiatan pembukuanya. Sebab, sepeninggal beliau sampai ratusan tahun atau berabad-abad, tidak ada orang yang mengarang Ulumul Qur’an dan menuliskan kitab-kitabnya sampai abad XIV H.

Ulumul qur’an sebagai suatu ilmu agama islam yang membahas al qur’an secara integral dan komprehensif telah dirintis sejak sebelas abad  yang lalu oleh Ibnu al-Marzubah (wafat 309 H)  di dalam buku al-hawi fi ulum al-Qur’an.  Kemudian ilmu ini dikembangkan, diperluas dan disempurnakan oleh para ulama sesudahnya, sampai datanglah imam al-Suyuti (wafat 911H) yang berhasil menyusun karangan ilmiah tentang ulumul Qur’an secara lengkap dan sistematis di dalam bukunya al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an.  Disamping itu tidak sedikit di kalangan orientalis terutama pada abad 19 Masehi/ 12 H yang telah mengadakan penelitian yang membahas tentang al-Qur’an dari berbagai segi, anatar lain Wiliiam muir, G. Weil, Noldeke, R. Bell, A Rodwell, dll.
Perkembangan Ulumul Quran Pada Zaman Modern.

Sebagaimana penjelesan diatas,bahwa setelah wafatnya As-Suyuthi tahun 911 H atau abad moderen itu bangkit kembali penulisan Ulumul qur’an dan perkembangan kitab-kitabnya. Hal itu ditengarai dengan banyaknya ulama yang mengarang ulumul Qur’an dan menulis kitab-kitabnya , baik tafsir maupun macam-macam kitab Ulumul Quran. Diantara para ulama yang menulis tafsir/Ulumul Qur’an pada abad Modern ini adalah sebagai berikut:

  • Ad-dahlawi: Al-fauzul kabir fi Ushulul tafsir
  • Thahir Al-Jazairi: At-tibyan Fi ulumil Qur’an
  • Abu daqiqah: Ulumul Qur’an
  • M. Ali salmah: Minhajil Furon Fi Ulumil Qur’an
  • Muhammad Bahits: Nuzulu Qur’an Ala sab’ati Ahrufin
  • M. Husein Al-Adawi: Nuzulul Qur’an Ala sab’ati Ahrufin
  • M. Khallaf Ala Husaeini:  Nuzulul Qur’an Ala sab’ati Ahrufin
  • Musthafa shadiq Ar-Rafi’i: I’jaatul Fur’qon Wa Balaaghatun Nabawiyah
  • Abdul ‘Aziz Jawiz: Asrarul Qur’an fi Tahriril Aqlil Basyari
  • Abdul Aziz Al-khuli: Al-Qur’anul karim, Wasfuha, Wa Atsharuhu Wa hidayatuhu, Wa I’jazuhu



---------------
Sumber : 
https://affgani.wordpress.com/2014/02/13/ulumul-quran/

No comments:

Post a Comment