SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN
Sejarah Perkembangan Ulumul Quran - Image by http://webmuslimah.com/ |
SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN
Sebagai
ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ulumul Qur’an tidak lahir
sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk
membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaanya dan segi pemahamanya.
Al
Qur’an menegaskan bahwa penerima wahyu al Qur’an adalah Nabi Muhammad
SAW. Lebih dari itu, Muhammad-lah yang diberi otoritas oleh Allah SWT
untuk menerangakan (menafsirkan al Qur’an). Karenanya mudah dimengerti
jika orang yang mendapat gelar al-muffasir al-awwal (mufasir
al Qur’an yang pertama) adalah Nabi Muhammad SAW.
Setiap
kali nabi menerima dan menyampaikan ayat-ayat al Qur’an kepada para
sahabat, selama itu pula beliau menerangkan isi kandungannnya.
Terutama ketika timbul pertanyaan-pertanyaan dari anggota sahabat yang
mempelajarinya. Dan Nabi pun dengan penuh tanggung jawab selalu menerangkan
isi kandungan ayat-ayat al Qur’an, seiring dengan proses penurunannya yang
berjalan sedikit demi sedikit.
Di
masa Rasul SAW dan para sahabat, ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu
yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang Arab asli
yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang
diturunkan kepada Rasul, dan bila menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat
tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW.
Di
zaman Khulafa’u Rasyiddin sampai dinasti umayyah wilayah islam bertambah luas
sehingga terjadi pembauran antara orang Arab dan bangsa-bangsa yang tidak
mengetahui bahasa Arab. Keadaan demikian menimbulkan kekhawatiran sahabat akan
tercemarnya keistimewaan bahasa arab, bahkan dikhawatirkan tentang baca’an
Al-Qur’an yang menjadi sebuah standar bacaan mereka. Untuk mencegah
kekhawatiran itu, disalinlah dari tulisan-tulisan aslinya sebuah al-qur’an yang
disebut mushaf imam. Dan dari salinan inilah suatu dasar ulumul Qur’an yang disebut
Al rasm Al-Utsmani.
Kemudian,
Ulumul Qur’an memasuki masa pembukuanya pada abad ke-2 H. Para ulama memberikan
prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai umm al
ulum alQur’aniyyah. Para penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah ibn
al-Hajjaj (160 H), Sufyan Ibn Uyaynah (198 H), dan Wali Ibn al-Jarrah (197 H).
dan pada abad ke-3 muncul tokoh tafsir yang merupakan mufassir pertama yang
membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagianya. Beliau adalah Ibn
jarir atThabari (310 H).
Ulumul
qur’an sebagai suatu ilmu agama islam yang membahas al qur’an secara integral
dan komprehensif telah dirintis sejak sebelas abad yang lalu oleh Ibnu
al-Marzubah (wafat 309 H) di dalam buku al-hawi fi ulum al-Qur’an.
Kemudian ilmu ini dikembangkan, diperluas dan disempurnakan oleh para ulama
sesudahnya, sampai datanglah imam al-Suyuti (wafat 911H) yang berhasil menyusun
karangan ilmiah tentang ulumul Qur’an secara lengkap dan sistematis di dalam
bukunya al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Disamping itu tidak sedikit di
kalangan orientalis terutama pada abad 19 Masehi/ 12 H yang telah mengadakan
penelitian yang membahas tentang al-Qur’an dari berbagai segi,anatar lain
Wiliiam muir, G. Weil, Noldeke, R. Bell, A Rodwell, dll.
Selanjutnya
sampai abad ke-13 ulumul Qur’an terus berkembang pesat dengan lahirnya
tokoh-tokoh yang selalu melahirkan buah karyanya untuk terus melengkapi
pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan ilmu tersebut. Diantara sekian
banyak tokoh-tokoh tersebut, Jalaluddin al-bulqini (824 H) pengarang kitab
Mawaqi’ Al-ulum min Mawaqi’ al-Nujum dipandang Assuyuthi sebagai ulama yang
mempelopori penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab, dalam kitabnya
tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an. Jalaluddin al-Syuyuthi (991 H) menulis kitab
Al-Tahhir fi Ulum al-Tafsir. Penulisan kitab ini selesai pada tahun 873 H.
kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an. Karena itu, menurut sebagian
ulama, kitab ini dipandang sebagai kitab Ulumul Qur’an paling lengkap.namun,
Al-Syuyuthi belum merasa puas dengan karya monumental ini sehingga ia menyusun
lagi kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Didalamnya dibahas 80 macam ilmu-ilmu
Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut Al-Zarqani, kitab ini merupakan
pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Sampai saat ini
bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama,
para ulama masih memperhatikan akan ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli
Qur’an masih banyak hingga saat ini di seluruh dunia.
Cabang-cabang
ilmu pengetahuan untuk mempelajari al Qur’an kian hari semakin beraneka
ragam. Setiap kali al Qur’an itu dibahas dari aspeknya yang
manapun, selama itu pula akan lahir ilmu al Qur’an. Atas dasar
kenyataan ini maka tidak mengherankan manakala kita merasakan bahwa Ulumul
Qur’an itu selalu up to date.
Semenjak
banyak ulama-ulama yang membukukan baik Tafsir Al-Qur’an ataupun juga ilmu
pedukung lainya mulai dari abad pertama hijrah sampai abad kesepuluh pembukuan
masih berlanjut.Apalagi pada abad ke –VIII H, Ululumul Alquran perkembanganya
sangat pesat dengan lahirnya tokoh-tokoh yang selalu melahirkan buah karyanya
untuk terus melengkapi pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan ilmu
tersebut. Sebab, pada abad ini muncul pengarang-pengarang Ulumul Alquran yang
besar seperti:
a)
Imam Ahmad Ibnu Zubair 708 H yang mengarang kitab Al-burhan Fitartibi
Suwaril Qur’an.
b)
Imam Najamuddin Ath-Thufi 716 H yang menulis kitab tentang Ilmu
Jidaalil Quran.
c)
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah 751 H, yang menulis kitab At-Tibyan Fi Aqsamil
Qur’an.
d)
Badrudin Az-Zarkasyi (791 H) yang mengarang kitab Al-Tibyan ‘Ulumul
Qur’an, terdiri dari 4 jilid yang besar-besaryang mengupas 160 cabang Ulumul
Qur’an.
e)
Abul hasan Al-Mawardi, yang menyusun kitab ‘Ilmu Amtsalil Qur’an.
f) Jalaluddin al-bulqini (824 H) pengarang kitab
Mawaqi’ Al-ulum min Mawaqi’ al-Nujum dipandang Assuyuthi sebagai ulama yang
mempelopori penyusunan Ulumul Qur’an yang lengkap. Sebab, dalam kitabnya
tercakup 50 macam ilmu Al-Qur’an.
Kecermerlangan
Ulumul Qur’an tersebut pada abad ke-X H ditangan pakarnya ulumul Qur’an itu,
yaitu Imam Jalaludin Abdur Rahman As-Syuthi (911 H) yang sempat mengarang 3
buah kitab:
v Tanasuqud
Durar Fi Tanaasubis Suwari
v At-tahbir
Fi Ulumil tafsiri, yang didalamnya terdiri dari 102 cabang Ulumul Qur’an.
v Al-Itqon
Fi Ulumil Qur’an yang terdiri dari dua juz, tetapi dibukukan menjadi
satu jilid, didalmnya dikupas 80 cabang ulumul Qur’an secara global, kalau
dirinci katanya, bisa menjadi 300 macam cabang Ulumul Qur’an.
Jalaluddin
al-Syuyuthi menulis kitab Al-Tahhir fi Ulum al-Tafsir. Penulisan
kitab ini selesai pada tahun 873 H. kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu
Al-Qur’an. Karena itu, menurut sebagian ulama, kitab ini dipandang sebagai
kitab Ulumul Qur’an paling lengkap.namun, Al-Syuyuthi belum merasa puas
dengan karya monumental ini sehingga ia menyusun lagi kitab Al-Itqan fi
Ulum Al-Qur’an. Didalamnya dibahas 80 macam ilmu-ilmu Al-Qur’an secara
padat dan sistematis. Menurut Al-Zarqani, kitab ini merupakan pegangan bagi
para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Sampai saat ini bersamaan dengan masa
kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama, para ulama masih
memperhatikan akan ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli Qur’an masih
banyak hingga saat ini di seluruh dunia.
Kitab-kitab
Al-Burhan karya Azarkasi dan Al-Itqon karya As-Syuthi selalu menjadi referensi
para pakar Ulumul Qur’an dalam menulis dan mengajar, mempelajari ilmu Ulumul
Qur’an dari dahulu hingga sekarang. Imam As-Syuthi wafat pada tahun 911 H.
Beliau wafat pada abad ke-X H. Akibatnya, pudarlah gerakan penulisan
ulumul Qur’an dan terhentilah kegiatan pembukuanya. Sebab, sepeninggal beliau
sampai ratusan tahun atau berabad-abad, tidak ada orang yang mengarang Ulumul
Qur’an dan menuliskan kitab-kitabnya sampai abad XIV H.
Ulumul
qur’an sebagai suatu ilmu agama islam yang membahas al qur’an secara integral
dan komprehensif telah dirintis sejak sebelas abad yang lalu oleh Ibnu
al-Marzubah (wafat 309 H) di dalam buku al-hawi fi ulum al-Qur’an.
Kemudian ilmu ini dikembangkan, diperluas dan disempurnakan oleh para ulama
sesudahnya, sampai datanglah imam al-Suyuti (wafat 911H) yang berhasil menyusun
karangan ilmiah tentang ulumul Qur’an secara lengkap dan sistematis di dalam
bukunya al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an. Disamping itu tidak sedikit di
kalangan orientalis terutama pada abad 19 Masehi/ 12 H yang telah mengadakan
penelitian yang membahas tentang al-Qur’an dari berbagai segi, anatar lain
Wiliiam muir, G. Weil, Noldeke, R. Bell, A Rodwell, dll.
Perkembangan
Ulumul Quran Pada Zaman Modern.
Sebagaimana
penjelesan diatas,bahwa setelah wafatnya As-Suyuthi tahun 911 H atau abad
moderen itu bangkit kembali penulisan Ulumul qur’an dan perkembangan
kitab-kitabnya. Hal itu ditengarai dengan banyaknya ulama yang mengarang ulumul
Qur’an dan menulis kitab-kitabnya , baik tafsir maupun macam-macam kitab Ulumul
Quran. Diantara para ulama yang menulis tafsir/Ulumul Qur’an pada abad Modern
ini adalah sebagai berikut:
- Ad-dahlawi: Al-fauzul
kabir fi Ushulul tafsir
- Thahir
Al-Jazairi: At-tibyan Fi ulumil Qur’an
- Abu daqiqah: Ulumul
Qur’an
- M. Ali
salmah: Minhajil Furon Fi Ulumil Qur’an
- Muhammad
Bahits: Nuzulu Qur’an Ala sab’ati Ahrufin
- M. Husein
Al-Adawi: Nuzulul Qur’an Ala sab’ati Ahrufin
- M. Khallaf
Ala Husaeini: Nuzulul Qur’an Ala sab’ati Ahrufin
- Musthafa
shadiq Ar-Rafi’i: I’jaatul Fur’qon Wa Balaaghatun Nabawiyah
- Abdul ‘Aziz
Jawiz: Asrarul Qur’an fi Tahriril Aqlil Basyari
- Abdul Aziz
Al-khuli: Al-Qur’anul karim, Wasfuha, Wa Atsharuhu Wa hidayatuhu,
Wa I’jazuhu
No comments:
Post a Comment